Rabu, 23 Desember 2015

Sejarah Cincau


Cincau ternyata tak hanya dikenal di Indonesia. Di sejumlah negara Asia Tenggara, seperti Singapura, Malaysia, Thailand, dan Vietnam, tidak sulit menemukan minuman segar dengan campuran cincau. ''Di luar negeri, penyajian minuman cincau standar aja, misalnya, cincau ditambah air, gula merah, atau gula putih.'' 
Mengenai asal muasalnya cincau ternyata berasal dari Tiongkok. Sejarah mencatat, orang-orang Tiongkok lah yang pertama kali membuat cincau. Pada masa-masa berikutnya, cincau juga dibuat oleh masyarakat di negara-negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia. 
Cincau (Hanzi: ไป™่‰pinyin: xiancao) adalah gel seperti agar-agar yang diperoleh dari perendaman daun (atau organ lain) tumbuhan tertentu dalam air. Gel terbentuk karena daun tumbuhan tersebut mengandung karbohidrat yang mampu mengikat molekul-molekul air.
Kata "cincau" sendiri berasal dari dialek Hokkian sienchau (Hanzi: ไป™่‰pinyin: xiancao) yang lazim dilafalkan di kalangan Tionghoa di Asia Tenggara. Cincau sendiri di bahasa asalnya sebenarnya adalah nama tumbuhan (Mesona spp.) yang menjadi bahan pembuatan gel ini.
Cincau paling banyak digunakan sebagai komponen utama minuman penyegar(misalnya dalam es cincau atau es campur). Dilaporkan juga cincau memiliki efek penyejuk.
Cincau merupakan sejenis tanaman merambat (Cyclaea barbata) yang daunnya dapat digunakan untuk membuat semacam agar-agar.
Tanaman merambat ini, kita kenal sebagai bahan dasar dari olahan minuman segar seperti es cincau dan es campur. Hal ini didasarkan karena agar-agar yang terbuat dari daun ini memiliki rasa yang tawar. Sehingga sangat cocok untuk diolah bersama es dan air gula menjadi minuman yang menyegarkan.

Menurut Greshof, dalam artikelnya yang berjudul “Chineesche Planten in verband met Nederlandsch-Indie Beschouwd” pada tahun 1894 menyatakan, bahwa tanaman yang berasal dari cina ini masuk ke Nusantara pada abad ke-15. Paling tidak, seiring dengan masuknya tanaman teratai yang dikenal sejak zaman “hinduisasi"

Daun cincau hijau juga mengandung senyawa dimetil kurin-1 dimetoidida yaitu senyawa yang bermanfaat untuk mengendurkan atau melemaskan otot. Senyawa lainnya yang terkandung dalam daun cincau adalah isokandrodendrin yaitu senyawa yang dipercaya bisa mencegah munculnya sel tumor ganas. Sedangkan seratnya bermanfat untuk “membersihkan” organ pencernaan dari zat penyebab kanker (karsinogen). Karena mengandung alkaloid bisbenzilsokuinolin dan S.S-tetandrin yang berkhasiat dapat mencegah antiradang, kanker pada ginjal, dan menurunkan tekanan darah tinggi.
Maka tak heran jika cincau sedang menjadi perhatian para peneliti. Cincau hijau mengandung zat klorofil, yaitu zat yang memberi warna hijau pada daun.

Berbagai literatur menyebutkan bahwa klorofil adalah zat antioksidan, anti peradangan, dan juga sebagai antikanker. Maka tak ada salahnya, selama menunggu hasil penelitian yang lebih meyakinkan, kita menikmati kesegaran dari minuman yang terbilang sangat murah ini.
Karena bahan ini sangat kaya mineral terutama fosfor dan kalsium. Cincau juga sangat baik dikonsumsi bagi mereka yang sedang menjalani diet karena cincau ini rendah kalori namun memiliki serat yang tinggi. Selain itu cincau juga dipercaya sebagai alternatif untuk meredakan panas dalam, demam, diare, perut kembung dan sembelit.

Istilah ''cincau'' sendiri berasal dari dialek Hokkian, ''sienchau'' atau ''xiancau'' dalam dialek Hanzi. Istilah ini kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi ''cincau''.

Di Indonesia, dikenal dua jenis cincau, yaitu cincau hijau dan cincau hitam. Cincau hijau maupun cincau hitam sama-sama terbuat dari tumbuhan, namun jenisnya berbeda. Cincau hijau dibuat dari daun Cyclea barbata, sejenis tanaman rambat berdaun tipis dan berbulu. Ada pula cincau hijau yang dibuat dari Premna oblongifolia, tanaman berdaun lebar dan agak kaku. Lain halnya dengan cincau hitam yang dibuat dari daun dan batang Mesona palustris (janggelan) yang dikeringkan.

2 komentar: